Dengan Hormat, (berasa agak resmi begitu) sebelum membaca thread ini, sebaiknya lebih dulu juga membaca thread Dilema Programmer sebelumnya. pertanggal thread ini dibuat, thread tsb sudah sampai 8 halaman thread tsb sepertinya lebih banyak melihat dari sisi pekerja ke pimpinannya dalam memberikan pekerjaan. nahh.... sekarang, yuukk..... kita coba dibalik bagaimana dan apa saja yang dirasakan 'pemberi kerja' kepada programmer-nya seru tidak yaa? sudut pandang bahasan dalam hal ini bisa berarti : - pimpinan kepada karyawan/pegawai sendiri - pimpinan kepada karwayan/pegawai outsourcing - klien kepada vendor/developer - anda kepada teman yang dimintai tolong 'nggarap' - anda kepada rekan kerja anda yang mengerjakan tugas dengan demikian, jika ada keluhan, tidak hanya dilihat dari sudut pandang programmer ke atasan/klien tapi kita coba dibalik.. pastikan, obrolan bukan merupakan debat kusir, terlebih jika mengarah ke kusir delman. karena pegangan kita bukan tali kekang kudang, melainkan keyboard yang kita kekang. artinya... tetap aja kita kusir kusir komputer halah dan, jangan kebanyakan OOT yah.. yukk... tarik maannggg...

he he he he .... si bos bisa aja... ikutan ah... Dr obrolan dgn rekan2 seangkatan yg udah jadi pengusaha (kapan yach giliranku :) mereka selalu slalu bertanya bila program yg dibuat sdh selesai trus kerjaan apa lagi yg bisa mereka berikan pd programmer ? kan tdk mungkin tiap bulan, tahun selalu bikin software.... kecuali yg software house dan sejenisnya .... hemmmmm gimana nih yg lain

wah kayaknya lom ada yang jadi pengusaha ya...?? pengalamanku gini, temenku pernah bikin usaha, dan memperkerjakan programmer trus kadang kadang nanya ma aku. dia kan bukan orang IT, jadi pertanyaannya kadang lucu-lucu.. "ngapain sih si Fulan, kok kerjaannya ngelamun doang?? apa bisa kelar tuh kerjaan..??" pas dia dateng ke office pagi-pagi, ada lagi pertanyaan "kok jam segini lom bangun...??, emang dia boss disini..?? kakakakakaaaa..... udah ah..

aku juga pernah memperkerjakan programmer....aku jadikan pegawai tetap..., dia minta jam kantornya tak terikat jam kantor resmi....OK lah.....aku kabulkan permintaan dia.....padal tiap hari aku masuk kantor..sesuai jam kantor...tp ampe berminggu2 belum pernah ketemu dia....aku kontak dia, katanya dia selalu masuk malam......aku konfirmasikan ke satpam emang betul dia selalu masuk malam katanya pak satpam....ya udah.........aku biarin yg penting sesuai target.... .............tp................................. pas aplikasi siap mo dipakai....dia nya kabur....ngilang bgitu aja......tanpa jejak.........no hp gak aktif alamat gak kelacak........ SSSIAAAAAAAAAAAAAALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL ELO.................

secara singkat, dari pengalaman memperkerjakan programmer: secara teknis gw acungin jempol 2, secara sikap dan tingkah laku kurang memiliki sikap profesional dan tanggung jawab, introvert, dan "cengeng". namun, dugaan gw, ini masalah mental yang terbentuk dari lingkungan keluarga umumnya di indonesia dan pola pendidikan kita. walau begitu, ini merupakan tantangan tersendiri bagi dunia bisnis yang jelas berorientasi profit (baca: duit). -arp-

Yah begitulah... 2 perpective sama-sama memiliki masalah & dilema sendiri :)

@mas_kofa: aku juga pernah memperkerjakan programmer....aku jadikan pegawai tetap..., dia minta jam kantornya tak terikat jam kantor resmi....OK lah.....aku kabulkan permintaan dia.....padal tiap hari aku masuk kantor..sesuai jam kantor...tp ampe berminggu2 belum pernah ketemu dia....aku kontak dia, katanya dia selalu masuk malam......aku konfirmasikan ke satpam emang betul dia selalu masuk malam katanya pak satpam....ya udah.........aku biarin yg penting sesuai target.... .............tp................................. pas aplikasi siap mo dipakai....dia nya kabur....ngilang bgitu aja......tanpa jejak.........no hp gak aktif alamat gak kelacak........ SSSIAAAAAAAAAAAAAALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL ELO.................

:lol:

Hehe... numpang nongol disini BOSS.. ini tread miror tapi ga minor Hidup memang dilema, .... (Judulnya nih) Setiap pilihan hidup, umumnya selalu ada hal yang disukai dan hal yang nggak disukai. Selalu ada campuran antara yg disukai dan nggak disukai. Sampai urusan rokok sekalipun... ada rokok yang disukai banget. Hal yang nggak disukai dari rokok itu, adalah MAHAL. Ada kalanya, antara programmer dengan pimpinan, bisa dijalankan selaras. sehingga bisa menuai padi di sawah.. (kayak lagunya Ebit G Adhe). Pada umumnya, antara programmer dengan pimpinan itu gak selaras. sehingga kita (sebagai pimpinan) harus memutar otak atau memaksa programmer untuk mempercepat (mgk kl pimpinannya bekas programer hal ini bisa dimaklumi) atau memaksa lembur. WHY ? karna sudut pandang masing-masing jelas beda, satu sisi "begin"-"end" merupakan keharusan. sisi yang lain "income"-"expenditure" adalah mutlak agar memperkerjakan programmer bisa berjalan trus. Kalau dari pengalaman saya, teman-teman yang ingin menjadi pengusaha tapi masih menjadi karyawan, sebaiknya menggunakan ilmu "BOTOL" = Berani Optimis Tenaga Orang Lain dalam arti bisa menggunakan tenaga programmer. Kembali ke sikap masing-masing ("Dilema Programmer"-"Dilema Memperkerjakan Programmer"), Lakukan SWOT = Strength, Weakness, Opportunity, Threat terhadap diri sendiri, kemudian timbang-timbang, antara kemampuan (strength), kelemahan (wekaness) dan harapan yang ingin gapai (opportunity).

Kalo programmer bagus ketemu pimpinan atau perusahaan jelek, pasti dilema. Sama aja, pimpinan atau perusahaan bagus ketemu sama programmer jelek. So, sapa yg salah? Misal programmer bagus ketemu dgn pimpinan atau perusahaan bagus, kira2 masih dilema gak? ;) BTW... hidup itu bukan dilema, kita sendiri aja yg membuatnya dilematis. :P

betul bang simba.. setuju.. :mrgreen: